Profil
Latar Belakang Berdirinya Pesantren
Fenomena yang terjadi di dekade tarkhir, banyak warga Muhammadiyah yang mengaji di kelompok lain, tidak terkecuali di Cabang Wanayasa. Pada hakikatnya mengaji dimanapun tidak masalah sepanjang berdasarkan tuntunan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Menjadi persoalan kemudian ketika mereka tidak sekadar mengaji, tetapi pada akhirnya justru meninggalkan aktivitasnya di Muhammadiyah, karena mereka merasa lebih nyaman dan terakomodasi di kelompok barunya.
Ketika mereka ditanya mengapa harus mengaji di kelompok lain. Mereka menjawab karena pengajian di Muhammadiyah kurang memadai, baik intensitas maupun kualitasnya. Kenyataannya memang terdapat pengajian Muhammadiyah yang dikelola dengan asal-asalan dan sesempatnya ustadz yang biasa mengisinya. Hal ini dimungkinakan karena kemampuan mubaligh yang sangat terbatas dan jumlahnya tidak mencukupi. Oleh karena itu harus diikhtiarkan untuk mencetak kader-kader mubaligh sebagaimana kualifikasi yang ideal sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan umat.
Disisi lain tuntutan masyarakat agar putra-putrinya mendapatkan pendidikan yang tidak sekadar dan seadanya juga semakin nyaring terdengar. Mereka menginginkan agar keturunannya tidak saja menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga cerdas hati dan spiritualnya. Tuntutan itu sangat berat jika dijawab dengan keberadaan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Muhammadiyah yang sudah ada dengan model pembelajaran yang reguler, masuk pukul 07.15 WIB dan pulang pukul 13.30 WIB.
Pendampingan belajar, membiasakan menghafal Al-Quran, mendisiplinkan pelaksanaan ibadah wajib dan sunah, serta praktik pengamalan agama yang lebih komprehensif dapat dilaksanakan melalui pendidikan berasrama. Kegiatan pembelajaran terpantau selam 24 jam sangat memungkinkan untuk membantu mengembangkan potensi peserta didiknya menjadi lebih optimal.
Namun demikian untuk mencapai pembelajaran sebagaimana yang kita cita-citakan tersebut akan sulit terwujud apabila pendidik dan tenaga kependidikannya kurang memenuhi standar pendidikan nasional. Agar pendidik dan tenaga kependidikannya dapat bekerja secara optimal, kesejahteraan menjadi kebutuhan yang tidak boleh tidak harus terpenuhi. Sangat ironi mengharapkan kinerja yang maksimal, sementara hak-hak mereka masih sekadarnya dan di bawah standar Upah Minimum Kabupaten (UMK).
Berdasarkan latar belakang tersebut Muhammadiyah Boarding School (MBS) Wanayasa menjadi salah satu solusi. Awalnya ide itu muncul dari Wahyudin yang pada saat itu sebagai kepala MTs Muhammadiyah Wanayasa. Usaha awal adalah meyakinkan para pendidik dan tenaga kependidikan dilanjutkan ke yayasan dalam hal ini Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wanayasa. Ternyata sosialisasi yang cukup gencar melalui pengajian, media sosial dan media yang lainnya respon masyarakat dan warga muhammadiyah pada khususnya sangat tinggi. Maka pada 14 Juni 2015 bertepatan dengan Milad MTs Muhammadiyah Wanayasa yang ke-30 sekaligus Musyawarah Daerah Pemuda Muhammadiyah Banjarnegara Periode Muktamar ke-16 MBS didirikan. Pendirian MBS ini ditandai peletakan batu pertama oleh Prof. Dr. Suparman Syukur (Wakil PWM), Drs. Hadi Supeno, M.Si. (Wakil Bupati), Moch. Kamali, B.A. (Ketua PDM).
Pembangunan gedung MBS baru dapat dilaksanakan setahun kemudian. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana yang dimiliki. Pada tanggal 16 Mei 2016 Drs. Hajriyanto Y Thohari, M.A. Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengawali pembangunan pondasi dengan ditandai menaburkan adonan ke tempat yang telah disediakan.
MBS ini adalah pengembangan dari pendidikan formal yang sudah ada, yakni MTs Muhammadiyah Wanayasa berdiri pada Bulan Juni 1985. Dengan cara mengubah sistem pendidikan MTs yang reguler menjadi sistem pendidikan berbasis pesantren/berasrama secara bertahap. Pada Tahun Pelajaran 2018/2019 mencoba membuka pendaftaran santri baru. Pada tahap uji coba ini memperoleh santriwan 6 anak. Mempertimbangkan jumlah santri yang tidak sesuai target maka tentunya akan sangat membebani biaya operasional. Oleh karena itu pengelola mencoba cara lain, yakni melalui rapat pleno MTs menawarkan kepada para orang tua peserta didik kelas VII, VIII dan IX untuk memondokkan putra-putrinya di MBS. Dari usaha itu membuahkan hasil, sehingga memperoleh jumlah total 30 santriwan-santriwati yang terdiri dari 15 putra dan 15 putri, yang tersebar dari kelas VII sampai dengan IX.
Alhamdulillah perkembangan Pesantren semakin baik. Hal ini ditandai dengan kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan di MBS ini. Pada tahun ke-2 memperoleh 50, tahun ke-3 mendapat 70, dan tahun ke-4 yakni Tahun Pelajaran 2021/2022 sampai pertengahan gelombang 2 sudah 76 yang lolos seleksi dari 84 quota. Sebaran asal santri juga semakin luas. Selain dari Kabupaten Banjarnegara ada dari Pekalongan, Cilacap, Yogyakarta, Jakarta, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Tujuan
- Meningkatkan kemampuan Peserta Didik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan kebangsaan, yang antara lain ditandai dengan perolehan nilai UN yang tinggi.
- Mewujudkan kebiasaan hidup bersih dan sehat baik di lingkup pribadi maupun lingkungan sosialnya.
- Membentuk perilaku Peserta Didik yang menunjukkan sikap keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
- Mewujudkan santri yang mempunyai kemampuan menghafal Al-Quran minimal 6 Juz.
- Mewujudkan santri yang mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan 4 bahasa (Indonesia, Jawa, Arab dan Inggris).
Program Unggulan
- Tahfidz
Tahfidz menjadi program unggulan di MBS ini. Namun demikian karena MBS ini merupakan kelanjutan dari MTs yang menggunakan sistem reguler, sehingga baru menargetkan santri minimal hafal 6 juz selama 3 tahun. Hal ini mengingat kurikulum yang Kemenag yang digunakan masih sangat banyak beban materinya.
Usaha yang dilakukan untuk program ini adalah setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, semua peserta didik baik yang santri maupun reguler mengikuti Program Pagi Mengaji. Bagi yang belum bisa membaca Al-Quran dilatih membaca Al-Quran di masjid dengan model tutor sebaya. Santri yang telah mahir membaca Al-Quran menjadi tutor temannya. Satu orang ustadz/ustadzah berperan sebagai fasilitator. Sedangkan bagi peserta didik yang sudah bisa membaca Al-Quran wajib tadarus di kelasnya masing-masing selama 30 menit dengan bimbingan guru yang mengajar pada jam pertama.
Para santri mempunyai kewajiban menghafal ba’da Subuh, Ashar, dan Maghrib. Sedangkan ba’da Isya dikhususkan untuk setor hafalan ke ustadz/ustadzah minimal 5 baris sekali duduk. Di luar ba’da sholat santri diperkenankan menghafal di mapun sepanjang masih di lingkungan MBS.Agar hafalan santri terpantau dibuat target hafalan perhari, perpekan, perbulan, dan pertahun. Metode menghafal bersifat variasi dan modifikasi dengan melihat kemampuan individual santri.
Selain kemampuan hafalan, santri dituntut mampu membaca Al-Quran dengan benar dan dengan irama yang nyaman didengar oleh telinga. Oleh karena itu kebiasaan mendengar lantunan ayat Al-Quran dengan suara merdu dan irama yang menyejukkan sangat dianjurkan.
- Ubudiyah
Ubudiyah dalam dalam pengertian menunaikan perintah Allah dalam kehidupan sehari-hari dengan melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba Allah. Ubudiyah bukan hanya sekedar ibadah biasa, tetapi ubudiyah yang penuh dengan rasa penghambaan, pengabdian hanya kepada Allah semata, sehingga memiliki muatan rasa takut, tawadhu’, rendah hati, sabar dan sebagainya.
- Sholat Wajib
Semua santri wajib melaksanakan sholat wajib dengan berjamaah, tepat waktu, dan menggunakan pakaian sesuai dengan aturan. Selain itu para santri wajib hafal doa sholat dan artinya. Setiap selesai sholat diwajibkan berzikir sesuai dengan tuntunan.
- Sholat Sunnah
Para santri dibiasakan untuk Sholat Tahiyatul Masjid, Dzuha, Rowatib (12/10 rokaat dan Sholat Tahajud.
- Puasa
Para santri dibiasakan puasa sunnah Seni-Kamis dan puasa lainnya sesuai dengan ketentuan
- Sopan Santun
Para santri dibiasakan untuk menggunakan sopan santun dalam pergaulan sehari-hari baik di Pesantren, Keluarga maupun masyarakat. Norma sopan santun diambil dari manapun sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Mengenai aturan itu tercantum dalam tata tertib santri.
- Kebersihan
Citra santri yang kumuh, tidak rapi dan tidak disiplin menjadi tantangan tersendiri di MBS ini. Sehingga usaha membiasakan hidup sehat dan bersih bagi diri santri maupun lingkungannya sangat diprioritaskan.
- Pidato
Kekurangan orator di kalangan Muhammadiyah merupakan rahasia umum. Padahal banyak jamaah pengajian yang sangat membutuhkan kehadiran mubaligh. Akibatnya bagi warga Muhammadiyah yang haus siraman rohani pada akhirnya mengaji di kelompok lain karena tidak terakomodir dimuhammadiyah.
Secara bergiliran santri diberi tugas untuk berbicara di depan para peserta didik yang lain. Bagi santri tertentu yang dinilai mampu ditugaskan untuk menjadi khatib sholat Jumat. Selain itu untuk menambah kekuakat mental santri terpilih dengan bimbingan ustadz ditugaskan mengisi pengajian iftitah pada pengajian rutin cabang tiap Ahad Wage dengan jumlah peserta sekitar 4.000-an.
Tidak kalah pentingnya menggunakan model kader kinthilan, yakni mengajak beberapa santri untuk mengikuti mubaligh berdakwah. Dengan harapan mereka akan mengamati dan meniru gaya berdakwah mubaligh yang diikutinya. Secara berkala mereka juga diberi kesempatan untuk menyampaikan kultum atau kultim.
- Unggul Nilai Ujian
Perolehan nilai ujian yang tinggi masih menjadi dambaan masyarakat, khususnya para orang tua peserta didik. Oleh karena itu sebagai langkah mencapai harapan itu, MBS mengadakan kegiatan bimbingan belajar oleh para ustadz/istadzah secara terjadwal. Selain itu kita akan menjalin kerja sama dengan lembaga bimbingan belajar yang lain.
1 Komentar
Komentari Tulisan Ini
Halaman Lainnya
MULAI TES
<iframe src="https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSfHT0ikWSp0HF0QJVhJX-ikZAEM6uGoqtfrE8XIdex9r6fE_A/viewform?embedded=true" width="700" height="520" frameborder="0" marginheight=
Visi dan Misi
VISI Mewujudkan Peserta Didik yang cerdas, sehat dan berakhlak mulia MISI Memberikan pemahaman wawasan kebangsaan dan teknologi dengan transfer ilmu pengetahuan umum. Mengefekti
Saya ingin di mbs Wanayasa bisa mendaftar kan anak dengan cara onlain amiiin